Awesome Experience with Anxiety (Reborn)

Sebenarnya tulisan ini pernah saya post disini, tapi nggak ngarsip. Udah hilang dah ditelan jaman. Jadi, sembari numpang nyampah, mumpung lagi banyaknya newbie yang nimbrung, nyok kita berbagi pengalaman indah masing-masing. (Pingin sih bikin sekuelnya, tapi belum sempat).
Saya juga menderita anxiety, cukup serius menurut saya, tapi syukurlah itu dulu. Dan saya akan berbagi cerita disini, agak panjang lebar memang. Kalau ada yang mau gelar tikar dengar mbah mau berkisah, silahken. Mbah gak larang hehe...
Karir anxiety cukup menjengkelkan buat saya kalau diingat-ingat kembali. Pengalaman paling koplaknya minta antar temen ke IGD, coz merasa nyawa udah di ujung tanduk, dada nyesek seolah sedang diserbu negara api. Udah gak perlu konfirmasi dari pakar manapun, pokoknya hari itu saya lagi serangan jantung..!!. Terpaksa temen bonceng saya ke IGD malem-malem sambil melawan horornya perjalanan gelap ditambah horornya membawa teman yang lagi sakit berat. Orang disekitar pun panik denger tahlilan, istighfar saya yang gak putus-putus sepanjang jalan karena kebayang gimana rasanya bakal nginap diliang lahat. Sampai dirumah sakit nyari brangkar buat tiduran, biar mirip orang sekarat. Padahal bonceng dimotor stabil banget coy. Lalu pemeriksaan penyakit aneh ini pun dumulai. Stetoskop, tensimeter, hingga EKG muali menjamah tubuh ini. Ujungnya pulang dari sana cuma dibekali obat maag sama dokter, tidak ada serangan jantung yang dari hongkong itu karena EKG dan tensinya normal. Semua orang yang turut bantu saya pun kembali berfikir normal, kecuali saya, tetap dengan sebuah enigma, ada apa dengan saya?.
Semuanya tidak hilang begitu saja, tercatat tiga kali saya setelah itu menemui dokter. Dan semua berhubungan dengan jantung. Siapa lagi yang bisa saya percayai kalau bukan diri saya, toh perasaan sesak dada ini tidak pernah berhenti berbulan-bulan, jantung sakit itu benar-benar saya rasakan, benar-benar saya cemaskan. Perlaku dan fikiran saya hanya untuk itu, menuju kesitu, mengkhawatirkan jantung saya. Diperketatlah diet lemak, kolesterol, dan segala sesuatu yang mungkin menyumbat aliran darah yang selama ini saya jalani. Dan ditertawakanlah saya sama istri yang barus saya nikahi, badan udah sekurus itu mau diet lagi? Mau jadi apa? Mau jadi atlet Binarangka-wan...?? Ssstt....! Masalah perjantungan ini hanya sedikit informasi yang saya bagi, takut si dia nyesel telah nikah sama saya hahaha....
“Sakit jantung’ saya berakhir ketika bertemu spesialisnya. Di fikiran sableng saya terfikir mungkin itulah satu-satunya didunia penyakit jantung yang sembuh total, dan bukan karena obat jantung, tapi karena obat penenang yang sempat saya minum hanya sebutir saja. Kata dokternya saya bukan sakit jantung, tapi steress. Saya agak tersenyum pahit merayakan kesembuhan itu. Kenapa saya harus begitu selama ini?. Wesss... rasa yang menekan di dada kiri saya lenyap tanpa bekas, dan mulai saat itu barulah saya percaya saya tidak sakit jantung. Dan perihal ‘rasa sakit’ yang saya rasakan, waktu itu saya belum mengerti apa itu psikosomatis, apalagi anxiety disorder. Yang saya tau itu ‘kabelputus disolder’.
Setelah itu saya masih mengalami serangan panik tapi hanya sesekali dan tidak se-intens sebelumnya. Seperti ketika inspektor mau memeriksa kerjaan dikantor, dimarahi atasan, laporan belum selesai, jelangkung anxiety ini pasti hadir buat melekin mata saya hingga larut malam, mematahkan selera makan, menegangkan fikiran seolah selalu dibawah ancaman. Biasanya berhari-hari baru agak normal lagi. Tapi itulah kondisi terbaik saya dibawah rezim anxiety. Kondisi agak stagnan (tapi belum stabil) itu berlansung sekitar setahun. Namun gara-gara membaca artikel tentang orang mati muda karena strok, anxiety ini mencari korban lain. Tampaknya penyakit ini menyasar organ vital, kalau gak jantung ya otak. Lepas dari mulut harimau, jatuh kemulut bu Aya. Aseeeek...!
Kegoncangan yang dihasilkannya semakin berulang dan semakin parah, walau dalam hati kecil saya ini tidak mungkin, dan hanya imajinasi, perasaan saja. Tapi tetap tak terkendali, serangan panik begitu mudah datang. Telinga entah mengapa begitu mudah berdenging. Noooohh.... ciri-ciri setrok tuuhhh... kata setan anxie. Saraf dikepala menegang, keranjingan ke wc buat pipis. Pelupa makin kronis, ngantar istri kerja sampai ditujuan justru putar balik. Istri protes, “Kok balik lagi bang?”. “Kita kan mau pulang” jawab saya. Bukan cerita dibuat-buat. Istri maklum, karena itu bukan ‘kecelakaan lupa’ pertama kali dari saya buat dia. Tapi itu yang paling diketawai terus tiap kali ingat peristiwa lupa itu. Bukan berminggu lagi, udah hitungan tahun kalau disambung-sambung dengan episode-episode lainnya. Kesablengan itu mungkin berjalan sekitar 7 tahun. Dan akhir-akhir itu, betul-betul membuat hampir gila, tidak mengenakkan sama sekali. Kebahagiaan emang sudah habis dirampok anxie. Terpikir bundir, justru jadi aneh, paradoks, tak masuk akal. Stress karena takut mati kok malah mau bunuh diri. Mujur bundir tak pernah jadi rencana. Bundir? Wah, tak separah itu kok.
Tapi apa yang harus dilakukan. Cemas, stres berkepanjangan. Hidup dibawah tekanan ancaman kematian, penyakit semu setrok, sepanjang waktu. Reda sehari, kambuh berhari-hari. Reda sebulan kambuh tiga bulan. Hingga tak reda-reda sama sekali. Bahaya anxiety secara langsung mungkin tidak, tapi siapa yang tidak bakal ambruk yang tidak bisa tidur setiap malam. Tidur 3 jam itu sudah kebiasaan berminggu-minggu. Hingga tiba dititik nadir tidak bisa tidur sama sekali, barulah saya ke dokter. Hanya dokter umum, bukan dokter jiwa atau psikiater. Dengan diagnosis yang saya berikan, Insomnia. Padahal dititik ini beberapa bulan yang lalu saya sudah tahu kalau yang saya derita adalah Anxiety Disorder. Saya dikasih obat 3 macam, obat sakit kepala efek tidak tidur, lalu pil kecil warna kuning, dan multivitamin. Hanya dua yang saya makan, yg warna kuning dan vitamin. Paracetamol saya biarkan saja. Alhamdulillah saya bisa tidur lebih baik. Kenapa saya tidak kedokter jiwa atau psikiater? Dalam perjalanan penyakit ini saya merenung, dan kemudian diakhirnya baru menyadari, diri inilah penyebab penyakit ini dan diri ini pulalah yang bisa menyembuhkannya. Hanya saja saya belum menemukan caranya.
Saya sudah lama memahami bahwa untuk sembuh saya harus merobah 3 hal: pola pikir, pola hidup, dan pola makan. Dan inti dari pemasalahan adalah pola pikir. Pola pikir yang buruk menyebabkan cara hidup yang buruk sehingga fisik menurun dan makanan tak dapat dicerna lagi dengan baik, untuk itu harus disesuaikan. Tapi merobah pola pikir itulah yang paling sulit.
Berfikir positif, itulah mestinya. Mudah menyebutkannya memang, tapi sulit bukan kepalang untuk menerapkannya. Bahkan bisa stress sendiri memikirkan upaya agar fikiran ini menjadi positif. Semenjak saya mengenal ketidakbahagiaan semacam ini, saya mengerti mengapa begitu pentingnya berfikir positif, tapi tak pernah terbentuk secara permanen. Hanya mampu dilakukan dalam keadaan fikiran tenang. Kalau dalam serangan panik, jangan harap. Dia ia serupa lingkaran setan yang sepertinya tak ada jalan keluar darinya. Tapi saya berhasil keluar, sudah bisa dikatakan normal seperti orang kebanyakan. Merasa sudah lebih baik dari 7 tahun yang dilalui itu. Kecemasan, ketegangan, dan kesetressan karena hal sepele selama 7 tahun tersebut tidak muncul lagi, semoga tidak pernah lagi. Alhamdulillah. Tanpa bantuan psikiater, psikolog, hanya modal browsing. Dan menemukan forum ini sudah dalam keadaan free. Tinggal berbagi saja.
Bagaimana saya bangkit? Ketika saya berhasil, saya merasakan ternyata menyembuhkannya hanya dengan hal ‘agak sepele’ saja. Ya, itu tadi berfikir positif. Tapi panjang pula ceritanya sehingga saya mampu menerapkannya. Karena ini perubahan mendasar, sehingga tak mudah, dan butuh waktu pula. Dan mungkin yang saya rasakan tidak begitu parah dibanding yang lain, sehingga tidak perlu begitu berdarah-darah untuk move on. Tapi saya merasakan ada yang baru dalam diri saya, ada kekuatan yang lebih baik. Dan saat ini saya sudah bisa menjalani hidup dengan tenang, normal seperti orang yang lainnya. Dan saya minta doanya agar tidak kambuh-kambuh lagi.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Transtool 10

Solusi tenggorokan mengganjal ala Steven

ANXIETY vs SEBUAH IDE (by.ERIK WIBOWO)